Susi Pudjiastuti Kutuk Perusak Alam: Doakan Karma Segera Membalas
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, kembali mencuri perhatian publik lewat pernyataannya yang tajam terhadap para pelaku perusakan lingkungan. Dalam unggahan media sosial terbarunya, Susi secara tegas mengutuk mereka yang dengan sengaja merusak alam demi keuntungan pribadi, seraya mendoakan agar karma segera menimpa mereka.
Jeritan Hati Pecinta Laut
Susi, yang dikenal sebagai tokoh pejuang kelautan dan penjaga laut Indonesia, selama ini vokal terhadap aktivitas ilegal seperti pengeboman ikan, pencemaran laut, hingga pembabatan hutan mangrove. Baginya, kerusakan alam bukan sekadar isu lingkungan, tetapi soal keadilan antargenerasi.
“Kalau tidak bisa menjaga, jangan merusak. Tapi mereka malah merusak habis-habisan. Saya hanya bisa berdoa, semoga karma datang cepat untuk mereka,” tulisnya di akun media sosial pribadinya.
Pernyataan tersebut langsung viral dan mendapat respons besar dari masyarakat, terutama dari kalangan pecinta alam dan aktivis lingkungan.
Bukan Sekadar Emosi, Tapi Peringatan
Meski bernada emosional, pernyataan Susi sebenarnya menyimpan peringatan mendalam. Ia menekankan bahwa setiap kerusakan yang dilakukan terhadap alam, cepat atau lambat akan mendatangkan akibat. Tidak hanya bagi pelaku, tetapi juga bagi masyarakat luas dalam bentuk bencana alam, perubahan iklim ekstrem, dan hilangnya sumber daya alam.
“Saat laut rusak, nelayan menderita. Saat hutan gundul, banjir melanda. Itu bukan kutukan, itu akibat dari keserakahan,” ungkapnya dalam sesi wawancara daring beberapa waktu lalu.
Seruan untuk Bangkit Melawan Perusakan Lingkungan
Susi juga mengajak masyarakat untuk tidak diam. Menurutnya, menjaga lingkungan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama.
Ia menyarankan agar masyarakat lebih aktif melaporkan aktivitas merusak lingkungan, mendukung produk-produk yang berkelanjutan, serta terlibat dalam aksi bersih pantai dan restorasi mangrove. “Kalau kita diam, mereka akan terus merasa bebas merusak,” tambahnya.
Karma sebagai Metafora Keadilan Alam
Karma yang dimaksud Susi bukan semata-mata dalam konteks spiritual, tetapi sebagai metafora tentang hukum sebab-akibat yang pasti berjalan. Mereka yang mengambil secara semena-mena dari alam, menurutnya, cepat atau lambat akan menerima akibat—baik secara ekonomi, sosial, maupun politik.
Suara lantang Susi Pudjiastuti menjadi pengingat penting di tengah krisis iklim dan kerusakan alam yang semakin parah. Seruan tentang karma bukan sekadar doa emosional, melainkan bentuk kepedulian tulus agar manusia kembali selaras dengan alam. Seperti laut yang tenang namun menyimpan kekuatan, alam pun memiliki caranya sendiri untuk menuntut keadilan.