Misteri di Balik Wajah Berduka: Suami Hadiri Pemakaman Korban yang Ia Bunuh
Sebuah peristiwa memilukan mengguncang warga Serang, Banten. Seorang pria, yang seharusnya menjadi pelindung, justru menjadi pelaku dalam tragedi tragis: membunuh istrinya sendiri, lalu dengan raut wajah berduka menghadiri pemakaman sang istri seolah tidak bersalah. Di balik isak tangis dan pelukan keluarga, tersimpan misteri yang akhirnya terkuak setelah penyelidikan mendalam pihak kepolisian.
Skenario Duka yang Dibangun
Pelaku berinisial H, awalnya tidak mencurigakan. Ia terlihat turut larut dalam suasana duka saat jenazah istrinya dimakamkan. Bahkan, beberapa kerabat menyebut ia tampak “sangat terpukul.” Namun, kepolisian mencium kejanggalan sejak awal. Dari olah TKP dan hasil autopsi, muncul tanda-tanda kekerasan yang tak selaras dengan keterangan awal H yang menyatakan istrinya “meninggal karena kecelakaan di kamar mandi.”
Fakta pun terbongkar perlahan. Setelah pemeriksaan lanjutan, H akhirnya mengakui telah menghabisi nyawa istrinya dalam pertengkaran rumah tangga yang memuncak menjadi tindakan fatal. Namun yang paling mencengangkan bukan hanya tindakannya, melainkan kemampuannya menyembunyikan perasaan dan membaur dalam suasana duka tanpa menunjukkan rasa bersalah.
Psikolog: Ini Gejala Gangguan Kepribadian Antisosial
Menurut psikolog forensik yang turut menganalisis kasus ini, perilaku pelaku menunjukkan tanda-tanda kuat dari gangguan kepribadian antisosial, bahkan berpotensi psikopat. “Kemampuan untuk membunuh dengan tenang, lalu memalsukan emosi dan tetap tampil meyakinkan di hadapan banyak orang, adalah indikator utama ketidakhadiran empati,” ujar salah satu psikolog klinis yang dimintai pendapat.
Penderita gangguan antisosial umumnya memiliki pola perilaku manipulatif, tidak punya rasa bersalah, dan mampu merekayasa situasi demi menghindari tanggung jawab. Dalam kasus ini, pelaku diduga sudah menyiapkan alibi dan memanipulasi narasi demi menutupi kejahatannya, namun jejak kekerasan tak bisa berbohong.
Refleksi Sosial: Ketika Kekerasan Tak Terlihat dari Luar
Kejadian ini menyadarkan kita bahwa kekerasan dalam rumah tangga tidak selalu terlihat dari luar. Banyak pasangan yang tampak harmonis di mata publik, ternyata menyimpan konflik laten di dalam. Dalam kasus H dan istrinya, tetangga mengaku jarang mendengar pertengkaran, namun korban diketahui sempat menyampaikan keluh kesah kepada kerabatnya mengenai perubahan sikap sang suami dalam beberapa bulan terakhir.
Tragedi ini seakan menjadi peringatan bahwa kekerasan domestik tidak selalu berbentuk fisik yang terlihat, tapi juga bisa berupa kekerasan psikologis yang berujung fatal. Maka, penting bagi masyarakat untuk lebih peka terhadap tanda-tanda hubungan yang tidak sehat, bahkan jika tampak “baik-baik saja” di permukaan.
Di Balik Topeng Kesedihan
Wajah duka sang suami di pemakaman, kini terasa seperti sebuah topeng—simbol tragis dari konflik batin dan kegelapan psikologis yang tak banyak orang tahu. Kasus ini bukan sekadar cerita kriminal, tapi juga pelajaran tentang pentingnya memperhatikan dinamika psikologis dalam hubungan rumah tangga.
Tragedi ini mengajak kita untuk lebih peduli, waspada, dan berani bicara jika melihat tanda-tanda kekerasan tersembunyi. Sebab di balik senyum atau air mata, bisa saja tersimpan misteri kelam yang menunggu untuk diungkap.